Selamat Untuk Panglima

Opini : Juanda Djamal /Kader Partai PA Aceh Besar

Panglima memiliki kemampuan yang lebih dalam menentuk maju ke pertempuran maupun mundur secara terhormat. Panglima juga memahami bahwa kekalahan dan kemenangan dalam pertempuran adalah Sunnatullah. Makanya, panglima selalu berujar, kita berdoa dan berikhtiar, kemenangan dan kekalahan di tangan Allah.

Saifuddin Yahya atau sering dipanggil akrab Pak Cek, merupakan sosok panglima sejati tersebut. Beliau sangat menyadari, Allah belum memberikan amanah dipundaknya untuk memimpin Aceh Besar pada pemilukada 2017 yang lalu. Untuk itu, paska pemilukada 2017, beliau cenderung menarik diri dari hiruk pikuk politik, menyadari euforia politik sedang didendangkan oleh pemenang. Sebaliknya, beliau harus mendinginkan suasana dari pasukannya. Maka, sikapnya yang cenderung menjauh dan diam seribu bahasa adalah signal dan langkah kepemimpinannya supaya pasukannya mampu membaca suasana dan tidak terpengaruh oleh euforia tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pepatah “ Diam itu Emas”, kendatipun mengetahui ragam kecurangan terjadi, tetapi diam telah menjadikan dirinya sosok pemimpin sejati.

Tampil pada momentum yang tepat

Tampilnya Saifuddin Yahya pada Muswil Ke-2 PA Aceh Besar seakan menjawab langkah diamnya selama ini. Keadaan ini setidaknya menjawab banyak pertanyaan yang diperbincangkan publik selama ini, terutama pihak lawan politiknya. Ada beragam ungkapan dalam intonasi emosi yang beragam pula, tetapi dengan santunnya beliau memberi penghormatan pada bupati terpilih dalam kata sambutannya saat pembukaan Muswil ke-2.

Partai Aceh sedang bertransformasi untuk membangun kepemimpinan politik yang kuat. Tentunya, butuh masa, ruang dan momentum yang lebih luas, tapi yakinlah pada momentum politik yang kelima (2019), politik yang berkualitas dapat ditunjukkan oleh kader-kader PA. Setidaknya, PA-Aceh Besar mulai menunjukkan kedewasaan politiknya dengan menghadirkan bupati sebagai pembina seluruh partai politik, bahkan ketua organizing committee(OC) dan Steering Committee (SC) dengan langkah apresiatif memakaikan baju kebesaran Partai Aceh di badan bupati. Muswil Partai Aceh menjadi momentum yang tepat atas terbangunnya komunikasi politik dalam mendorong politik pembangunan kesejahteraan masyarakat Aceh Besar, Mudah-mudahan Allah membuka jalan terbaik bagi PA dan Aceh Besar di masa depan.

Dinamika Muswil memberikan atmosfir politik yang cerdas, berwawasan dan demokratis. Muswil telah membahas kelembagaan partai yang kuat dan mengakar, juga membahas platform, program dan rekomendasi politik yang dapat memastikan semakin kuatnya DPW-PA, tentunya kepengurusan baru harus mampu menjawab tantangan tersebut melalui program-program politik yang berdampak positif pada kader, konstituen dan publik.

Perilaku demokratis

Sebuah pembelajaran menarik, yaitu sesi akhir, sesi pemilihan ketua DPW PA Aceh Besar periode 2018-2023. Organizing Committee (OC) melaporkan ada tiga calon yang mendaftar yaitu Ainal Mardhiah, Hanafiah, dan Saifuddin yahya. Kebetulan, penulis adalah salah satu pimpinan sidang. Selanjutnya, pimpinan sidang menanyakan kesiapan ketiga calon untuk dilakukan pemungutan suara. Memang ada dua interupsi yang masih menghendaki supaya mempertanyakan kembali secara mendalam kesiapan para calon dan nantinya ada calon yang mundur sehingga bisa Penunjukan Langsung (aklamasi). Ternyata, forum menghendaki pemilihan dilakukan secara demokratis dan dipersilahkan 84 peserta yang memiliki hak suara untuk mencoblos kandidatnya. Keputusan ini sungguh luar biasa, ternyata panglima menghendaki pemilihan yang demokratis.

Suasana saat pencoblosan suara berlangsung mengalami banyak kebimbangan, namun demikian ketika penghitungan dimulai, suasana relax dan demokratis begitu nampak. Seluruh peserta melakukan tepuk tangan setiap sebutan nama dibacakan. Begitupula antara Tgk Hanafiah dan Pak cek, suara yang diperoleh kedua mereka saling berkejaran. Ternyata hasil akhir penghitungan suara adalah Ainal Mardhiah mendapatkan 3 suara, Hanafiah 21 suara dan Saifuddin Yahya 54 suara dan 6 suara tidak menggunakan hak pilihnya.

Proses Muswil DPW-PA Aceh Besar dapat menjadi pembelajaran politik bagi semua pihak, ternyata untuk melahirkan pemimpin yang tangguh dan berwibawa tidak mesti aklamasi (Penunjukan Langsung). PA Aceh Besar memberi contoh terbaik dalam merekonstruksikan politik internalnya demi perubahan Partai Aceh menjadi Partai yang berbasiskan pengkaderan, berwawasan, terbuka dan modern.

Rekomendasi Politik PA Aceh Besar

Untuk memastikan PA Aceh Besar memiliki regenerasi kedepan, maka salah satu rekomendasi yang ditetapkan adalah mendirikan sekolah politik. Sekolah politik ini diharapkan dapat menjadi media memperkuat pengetahuan dan kapasitas politik kader-kader PA. Sepuluh tahun terakhir telah memberikan pengalaman politik yang berharga bagi PA, maka demi keberlanjutan dan kesinambungan perjuangan politik Aceh maka pendidikan, kapasitas, dan keahlian sangat penting diperoleh oleh seluruh kader.

Selain itu, rekomendasi politik lainnya adalah Menjalin hubungan dan komunikasi politik dengan partai koalisi dan koalisi fraksi di parlemen Kabupaten dalam membangun agenda strategis pembangunan yang pro-kesejahteraan masyarakat; Menjadikan gampong sebagai basis politik strategis dalam mengimplementasikan platform dan program politik partai; Memperjuangkan pembangunan kawasan “Aceh Lhee Sagoe” sebagai kebijakan strategis pembangunan dalam menjadikan kawasan ini sebagai kawasan pertumbuhan ekonomi baru kedepan; Memperjuangkan pembangunan ekonomi Aceh Besar yang memprioritaskan pengembangan sektor ril, meliputi; pertanian, perikanan, peternakan dan perkebunan yang dikembangkan dengan sistem produksi terintegrasi , memiliki nilai tambah dan mampu bersaing dengan produk luar; Posisi politik PA dalam pemerintahan Aceh Besar periode 2017-2022 adalah kekuatan penyeimbang pembangunan. Partai Aceh akan selalu menentang kebijakan dan program pembangunan yang merugikan masyarakat. Selanjutnya Partai Aceh mengkritisi secara mendalam setiap kebijakan dan program pembangunan supaya dapat memastikan program yang direncanakan dan atau diimplementasikan tepat sasaran dan memiliki dampak langsung ke masyarakat.

Terakhir, komunikasi politik menjadi sarana yang efektif dalam menciptakan keseimbangan politik yang konstruktif. PA Aceh Besar melakukannya dengan apresiatif dan penuh kedewasaan. Wujud politik demikian perlu diperkuat secara terus-menerus dalam ruang dan momentum yang berbeda, kita sangat yakin bahwa Panglima mampu menjadi pimpinan politik yang dapat memberi instruksi yang tepat dan jelas, sehingga kegaduhan politik dapat dihindari, sebaliknya pemikiran politik dapat dikonstruksikan menjadi kemenangan rakyat. Seulamat untuk Panglima !

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here