ACEHAKTUAL.COM I Banda Aceh : Pemilihan Legeslatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) telah dihelat pada 17 April 2019 lalu, namun gesekan antar timses, relawan dan masyarakat terus terjadi dimana-mana.
Baik di dunia nyata, terlebih lagi di media massa dan media sosial.
Saling tuding dan saling klaim itulah yang menghiasi berbagai media massa, baik cetak maupun online. Begitu juga di Provinsi paling ujung, yakni Aceh.
Bahkan salah satu media nasional merilis pernyataan Irwansyah, ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) yang menyatakan bahwa Jokowi kalah telak di Aceh karena TKD tidak mampu membendung hoax karena capaian suara Jokowi di Aceh yang hanya belasan persen.
“Kami sangat menyayangkan tudingan Irwansyah karena statemen ini sama dengan menuduh mayoritas masyarakat Aceh sebagai pengkonsumsi hoaxs.” Kata
Juru bicara Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD), Mustafa Husen Woyla. Jumat (19/4/2019).
Menurut Mustafa, dengan tudingan ini TKD Aceh telah melakukan hal-hal yang mencoreng nama baik daerah hanya karena kekalahan capres-nya di Aceh. Padahal, seharusnya mereka lebih banyak introspeksi diri tanpa perlu menimpakan kesalahan kepada orang lain, kepada masyarakat Aceh
Mestinya, bagi warga Aceh yang cinta akan _bansa droteuh_ (bangsa sendiri), TKD tidak menyudutkan bangsa sendiri untuk membuat pembelaan dan pembenaran atas kekakalahan telak capres yang diusung.
“Apa mungkin dari pemilih yang hampir dua juta itu semua terpapar hoax, padahal dari 2 juta itu ada semua lapisan, ulama, akademisi, cendikiawan, politisi, mahasiswa, santri dan masyarakat umum.” tanyanya.
Pemilih Aceh hari ini sudah dewasa dan sudah cerdas. Tidak bisa lagi “menjual” ulama sebagai media pendulang suara.
Uniknya, Tim Gerakan Tangkal Fitnah (GTF) Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf Amin memaparkan penyebaran hoax terpola pada Pilpres 2019. Total ada 18 provinsi yang terpapar dan rawan hoax.
GTF menyebutkan provinsi yang terpapar hoax diantaranya adalah Aceh, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Banten, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Gorontalo, dan Maluku Utara dan lainnya sampai 18 Provinsi jika ditotal.
“Dan ternyata di 18 provinsi itu basis suara Prabowo – Sandi, yang menurut hasil QC 02 unggul, kan lucu, semua basis pemilih 02 dituding terpapar hoax, sementara basis kubu 01 steril dari hoax. Ini kan sebuah logika tidak sehat.” Ujarnya.
Jadi tudingan TKD sangat memalukan dan menghina kami yang tidak memilih Jokowi.
Aceh itu sepakat, menyoe ka sapu pakat, lampoh jeurat ta peugala (Aceh itu sepakat. Jika sudah sepakat, makam pun digadaikan).
Mestinya, Irwansyah melihat perolehan suara Pilpres 2009 lalu pada nomor urut 2, Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono sebesar 93,25 persen. Baru dibandingkan dengan tahun 2019, 83,11 persen. Kenapa 2009 dulu tidak disebut pemilih di Aceh tepapar hoax, padahal angka kemenangan lebih dari sekarang.(REL)