Eksklusif : Perjalanan Ramadhan Ketua KNRP Aceh Ke Gaza

Penulis : Agus

Tgk. Makhyaruddin Yusuf, Ketua KNRP Aceh Berfoto Bersama Anak-Anak Gaza, dengan latar rumah dan spanduk bertuliskan terimakasih untuk masyarakat Aceh. (Foto : ekslusif

ACEHAKTUAL.COM | BANDA ACEH,- Senin (20/5/2019). Awal Ramadhan kali ini terasa berbeda bagi sosok Tgk. Makhyaruddin Yusuf. Ketua Komite Nasional Rakyat Palestina (KNRP) Aceh berkesempatan berkunjung langsung ke Gaza, Palestina. Perjalanan tersebut dalam rangka sebagai perwakilan KNRP Indonesia guna menyalurkan Bantuan ke Gaza.

Bersama Anak-anak Gaza (Foto : Eksklusif)

Beliau mengkisahkan perjalanan ke Gaza bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Banyak kendala yang kita hadapi hingga bisa sampai kesana. di dalam negeri saja kita sempat tertahan satu minggu di jakarta. Padahal jaminan dari militer mesir, selaku syarat wajib bagi yang hendak berkunjung kesana itu sudah kita kantongi. Sudah ada jaminan, namun masih juga terhambat.

Selanjutnya saat tiba di Kairo, Mesir, kita juga sempat tertahan disana selama dua hari. Setelah itu pada hari kesatu Ramadhan kita baru diperkenankan untuk berangkat ke Rafah, kota perbatasan yang nanti akan digunakan untuk menyeberangi perbatasan ke Gaza. Saat ini rafah merupakan pintu gerbang masuk ke gaza melalui mesir.

“Gaza adalah kota kecil tempat berdiam sekitar 2 juta jiwa penduduk Palestina, dari total 5 juta jiwa yang bertahan disana. Lalu sekitar 3 juta lagi bertempat tinggal di wilayah Tepi Barat Palestina. Itu adalah dua wilayah dimana masih menjadi Negeri Palestina yang belum ditinggalkan penduduknya. Total Penduduk paletina ada 17 juta jiwa. selain dari yang memilih bertahan di Gaza atau Tepi Barat, mereka bertebaran di luar negeri sebagai pengungsi. Semua pengunsi ini keluar karena lahan dan rumah mereka telah direbut secara paksa dan di ubah menjadi perkampungan yahudi”, Tgk Mahyaruddin menerangkan.

Lelaki yang juga pernah menduduki jabatan legislatif di DPR Aceh ini menambahkan, ada sebuah alasan yang membuat takjub kita semua soal kenapa penduduk Palestina memilih bertahan di negaranya, meski dalam kondisi sulit. selain dari kecintaan terhadap tanah airnya, alasan yang lebih mengharukan itu adalah mereka merasa berkewajiban menjaga tanah waqaf ummat islam dari tangan para penjajah. Sebagai mana kita tahu, Komplek Al Quds adalah tempat dimana Mesjid Al Aqsa, kiblat pertama ummat islam berada.

Ada kisah menarik saat tertahan di Rafah sekita dua jam, sebelum berhasil menyeberang ke Palestina. Ada sekita 200 orang warga gaza juga tertahan di Imigrasi Rafah. Namun Alhamdulillah mereka bisa lolos menyeberang, berbarengan dengan kita semua. Saat itu ada 7 negara yang ikut dalam rombongan ke Gaza, diantaranya Indonesia, Qatar, Malasia, Kuwait dan beberapa negara lainnya.

Hari pertama kita disana, melaksanakan buka puasa bersama para korban luka-luka di rumah sakit akibat serangan Zionis Israel. Acaranya bertajuk Collective Ifthar for Wounded People. Ada yang menarik dari tradisi buka puasa di Gaza. Rasa sosial dan meriahnya begitu terasa. Saat waktu berbuka, semua orang akan berada di jalan dan membagi-bagikan makanan. Mereka serba kekurangan dan makanan yang dibagikan juga sebenarnya berasal dari bantuan makanan yang disumbangkan dunia internasional, termasuk kita. Semua saling berbagi dan berbuka puasa bersama ketika magrib tiba. Suasananya semua bergembira dan begitu indah, kenangnya.

Penyerahan Plakat Pada Acara Buka Puasa Bersama Bersama Para Korban Dirumah Sakit.

Selanjutnya Agenda kita disana juga membagi-bagikan Solar (Diesel) kepada rumah sakit di Gaza. Rumah sakit disana listrik dipasok dari Genset bermesin diesel. Jadi untuk menjalankan rumah sakit, Solar adalah bahan bakar mutlak yang harus mereka miliki. Akses untuk hal yang demikian itu sangat sulit disana karena blokade terhadap mereka. Bayangkan saja, kalau nelayan melaut lebih dari dua kilometer saja, maka sudah standby angkatan laut israel untuk menembak mereka, dengan tujuan diusir dari lautan dan kembali kedarat. jadi kita membawa banyak baham bakar solar untuk keperluan rumah sakit tersebut.

Bersama pada Acara Buka Puasa Bersama Para Korban Pengeboman di Rumah Sakit. (Foto : Eksklusif)

“Rakyat Palestina sangat berterimakasih kepada rakyat Indonesia. Mereka beranggapan bahwa saudara mereka di Indonesia bagaikan Perisai bagi mereka di sana. Jika disana mereka telah mengorbankan harta, jiwa dan raga untuk mempertahankan diri dari penjajahan, maka dukungan dari masyarakat Indonesia sangat menguatkan mereka”, lelaki yang kerap disapa Ustd Makhyar mengakhiri kisah pengalamannya beberapa hari berjuang menembus blokade menuju Gaza, mengantarkan amanah dari rakyat Indonesia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here