ACEHAKTUAL.COM I Banda Aceh – Gelaran pameran dan ekpo yang diselenggarakan oleh Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (Diskop UKM) Aceh mendapat atusiasme Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dari Aceh maupun luar Aceh.
Hingga kin, lebih dari 200 UMKM telah mendaftar diri guna mengikuti acara yang rencananya akan dibuka pada 22 November 2019 di lingkungan kantor Diskop UKM Aceh, Lampineung, Kota Banda Aceh.
Kepala Diskop UKM Aceh Dr. Wildan MPD mengaku kagum dengan antusiasme UMKM mengikuti pameran tersebut. Ini sebagai pertanda bahwa UMKM telah aktif mempromosikan kerajinan yang mereka hasilkan pada masyarakat umum.
“Peringatan hari UMKM sebenarnya di peringati pada 12 Agustus, namun karena sesuatu dan lain hal maka event ini digelar pada 22 hingga 26 November 2019,” jelas Dr. Wildan di Banda Aceh beberapa waktu lalu.
menurut Dr. Wildan MPD pameran ini di buka untuk umum yang bertujuan sebagai wahana pusat promosi,
UMKM. Misalnya bidang pertanian, perkebunan, kelautan, perikanan, peternakan, pangan dan lain sebagainya.
Nantinya, acara itu akan menapilkan berbagai macam kegitan, seperti produk kuliner, kosmetik, sabun minyak wangi, makanan, minuman, kearjinan, pakaian, batik dan lainnya. Kemudian juga ada talkshow, workshop, dorsprice, penampilan seni budaya. Juga ada talkshow, workshop, dorsprice dan penampilan seni budaya,
“Kami target ada 30 UMKM yang hadir, sejak di buka 15 Oktober lalu hampir 200 UMKM yang mendaftar, yang mendaftar tidak hanya dari Aceh tapi juga dari luar Aceh. Kita berharap semua produk itu terjual, kalaupun tidak, ini sebagai ajang informasi produk, karena acara ini terbesar di Aceh,” kata mantan Ketua IMKB Banda Aceh.
Dr. Wildan menjelaskan jumlah UMKM di Aceh sekitar 95 ribu unit, idealnya di Aceh harus ada UMKM sebanyak 106 ribu unit dengan asumsi jumlah penduduk Aceh sebesar 5,3 juta jiwa. Sebagai perbandingan untuk sebuah negeri yang makmur harus ada 2 persen pelaku UMKM dari jumlah penduduk.
“Secara nasional, Indoensia sudah ada pertumbuhan UMKM mencapai 5 persen, pelaku UMKMnya mencapai 5 persen, Malaysia aja 5 persen, kecuali singapore yang hebat mencapai 7 persen dari jumlah penduduknya,” sebut Wildan.
Menurut Wildan orang sering menyatakan daerah miskin, penurunan kemiskinan, sejahtera itu indikatornya ini, dari 99 persen tenaga kerja disektor ini (UMKM), hanya 1 persen saja yang terserap di perusahaan besar.
“Ini yang perlu di camkan, jadi yang mempu menurunkan angka pengangguran adalah UMKM. Selama ini orang tidak tahu, padahal sektor ini begitu penting dalam pengembangan perekonomian indonesia, itulah saya di kirim kesini untuk menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran di Aceh,” ujarnya.
Salah satu usaha yang dilakuakn dirinya adalah menciptakn pengusaha-pengusaha baru WP Wirausahawan Pemula (WP), sasarannya adalah mahasiswa-mahasiswa yang masih kuliah di berbagai perguruan tinggi. Lalu mareka diberi pelatihan-pelatihan.
“Kita berikan mereka peralatan yang meraka butuhkan , ada yang menjahit , jual bakso dan lain sebagainya. Apapun peralatan mereka kita berikan, namun bukan dalam bentuk modal, “ sebutnya.
Sekarang, kata Wildan, pemerintah tidak lagi memberikan bantuan modal dalam bentuk pinjaman uang, kalau mereka butuh uang untuk modal, akan di arahkan mereka ke lembaga keuangan,ada perbankan ada koperasi, disana tempat pemeinjaman.
“Kita beri pelatihan agar meraka terampil, tidak boleh lagi pemerintah berikan uang, karena bisnis ini bisni, makanya dinamakan usaha mikro, tidak tampak, dari yang tidak ada kita lahirkan menjadi kecil, setelah itu kita beri pengarahan dari mikro ke lecil, kecil ke menengah,” jelasnya.
Menurut Wildan ada beberapa alasan UMKM di Aceh belum tumbuh, salah satunya adalah belum ada kesadaran mereka untuk hadir, mereka belum di ketahui orang, belum tertata dengan baik, dan berapa kemampuan yang mereka miliki untuk meningkatkan perekonomian Aceh ini yang belum di ketahui oleh banyak orang.
“Kehadiran Expo ini untuk menbangkitkan gaerah agar ini muncul ke permukaan bahwa masyarakat harus tahu ini penting, sehingga di ketahui sektor ini penting dan lama kelamaan orang akan berpikir bahwa usaha UKM ini penting,” harapnya.
Dia juga berharap agar mahasiswa setelah tamat kuliah berpikiran bahwa setelah tamat kuliah itu tidak harus menjadi PNS, dan bisa mengembangkan usaha kecil dan menengah.
Jika satu usahawan memproduksi dan bisa mempekerjakan dua orang atau 10 orang. Bayangkan kalau di Aceh ada 95 ribu UMKM, masing-masing misalnya memperkejakan 5 orang maka akan terserap lebih kirang 1 juta orang.
“Coba kalau sempa 10 orang di pekerjakan disitu, ada satu juta orang, kalo 1 juta orang mendapatkan penghasilan dari situ, mungkin satu orang punya satu istri, 3 anak, berarti sudah tiga juta orang, artinya tiga juta orang hidup dari UMKM,” jelas Wildan.*