ACEHAKTUAL.COM I Banda Aceh – Wali Nanggroe Aceh Paduka Yang Mulia Tgk. Malik Mahmud Al Haytar mengingatkan bahwa Aceh telah sepakat untuk merawat dan menjaga perdamaian. Oleh sebab itu tidak boleh ada pihak yang sengaja ataupun tidak, mencoba mengusik perdamaian Aceh.
“Selama perdamaian itu masih berada pada jalurnya, tidak boleh ada satu kekuatan pun baik yang terkoordinir maupun tidak, yang berniat mengganggu proses perdamaian yang telah dijalani sejauh ini selama 14 tahun,” ujar Wali Nanggroe saat pelaksanaan maulid Muhammad di kantor Khatibul Wali, Kamis. (15/12/2019).
Menurut Wali, dari perjanjian tersebut juga telah melahirkan UU RI Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintah Aceh yang menjadi semangat baru dalam menata masa depan.
“Baik buruknya keadaan masyarakat Aceh ke depan, bersatunya atau ambruknya persaudaraan Aceh ke depan sangat ditentukan oleh pelaksanaan UUPA ini,” sebut Wali Nanggroe.
Pemerintahan Aceh yang berisikan putera-puteri terbaik, menurut Wali Nanggroe perlu mempelajari sejarah dengan sebenarnya. Sebab untuk mewujudkan peradaban Aceh yang mulia dan bersyariat, orang Aceh harus memiliki visi yang sama.
“Dengan semangat keteladanan Rasulullah SAW, marilah kita mewujudkan peningkatan kesejahteraan rakyat Aceh dengan memajukan pendidikan, ekonomi dan perdagangan. Masa depan Aceh yang lebih baik harus kita siapkan dari sekarang. Hal ini harus dicapai dengan kerjasama kita dalam bingkai Syariat Islam.”
Pada bagian lain Wali mengatakan, Aceh masih memiliki para ulama. ulama yang senantiasa memikirkan keselamatan ummat. “kita patut berterimakasih kepada para ulama kita yang senantiasa menjaga ukhuwah islamiyah diatara kita. Dari ulama kita belajar untuk tidak meributkan persoalan khilafiyah yang hanya menghabiskan energi dan waktu. tanpa menyentuh langsung kemaslahatan umat,” tambah Wali Nanggroe.
Pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW kali ini, Wali Nanggroe menyerahkan santunan kepada 200 anak yatim yang berasal dari gampong-gampong seputaran Kompleks Meuligoe Wali Nanggroe.
Acara juga diisi dengan tausiah yang disampaikan oleh Tgk. H. Nuruzzahri Yahya atau Waled Nu dan doa bersama oleh Abi Mawardi Hasyim.
“Bagi orang Aceh perayaan maulid sudah mendarah daging sejak dahulu zaman kesultanan. Mari kita jadikan Nabi Muhammad SAW sebagai teladan, yang telah menyempurnakan akhlak manusia dari zaman jahilliyah yang tidak tahu apa-apa dan gelap gulita, menjadi tahu sampai sekarang ini,” kata Waled Nu dalam tausiahnya.