Nuansa Magreb

Oleh : Moes Subulussalam

Muslem, S.Pt dengan nama Pena Moes Subulussalam. Tinggal di Turkey

“Setan berkeliaran di waktu magrib, jangan sampai ada anak-anak masih diluar ketika azan magrib berkumandang.” Salah satu petuah Bapak yang masih kuingat. Hal biasa di kampungku dan kampung yang lain di Aceh, magrib semua orang masuk ke rumah, bergegas pulang dan menghentikan berbagai aktivitas untuk siap-siap salat.

Biasa terdengar suara ibu-ibu memanggil anaknya,  menghentikan permainan dan segera pulang. Di dalam keluargaku juga kuterapkan seperti itu. Ternyata larangan ini tidak sekadar larangan. Ada dasarnya dari Rasulullah SAW.

Aku membaca sebuah hadis tentang larangan bermain menjelang magrib. Diriwayatkan dari sahabat Jabir ra, Rasulullah bersabda;

Ketika waktu malam tiba, laranglah anak- anakmu( keluar rumah), karena setan itu berinteraksi dan bertebaran pada waktu itu. Ketika waktu isya telah lewat maka kalian boleh membiarkan mereka bermain. Tutuplah pintu kalian sambil berzikir pada Allah SWT. (HR Bukhari)

Lain di Aceh, lain juga di Istanbul, menjelang salat sore itu aku bergegas cepat ke masjid kalau tidak mau terlambat alias masbuk. Aku menyusuri jalan melewati puluhan apartemen, di setiap komplek apartemen terdapat arena permainan, taman dan berbagai sarana olah raga. Juga tempat duduk seperti gazebo. Di situ banyak berkumpul ibu, bapak juga anak-anak yang riang gembira bermain.

Ketika azan berkumandang dari menara masjid yang menjulang, masuk menerobos ke hatiku, aku bergegas cepat -cepat. Azan magrib yang berbeda dengan azan waktu salat lainnya dari segi kecepatannya. Iya azan magrib sepertinya tidak memakai irama yang panjang, berlangsungnya sekitar dua menit sudah siap, beda dengan azan lain bisa lima menit.

Orang-orang masih tetap dengan aktivitasnya, masih duduk mengobrol, anak-anak masih dengan teriakan permainan. Tidak menghentikannya. Sedih aku merasakan, air mataku mau berloncatan, “berikan hidayah dan petunjukmu untuk semua ya Allah, mudahkan umat Muhammad menyambut seruanmu.” Doa yang selalu terangkai dari bibirku. Awalnya aku pikir hanya sekali kali saja ternyata hampir setiap hari kejadiannya seperti itu. “Ya Allah beri petunjuk dan keberkahanmu kepada penduduk semuanya ya Allah.”

Istanbul kota yang sangat menawan dengan berbagai kebaikan yang melingkupinya. Masjid tersebar di mana-mana, dengan fasilitas lengkap, sarana air wudhuk yang bersih, WC terawat. Masjid yang pengelolaan, manajemen sangat bagus, tetapi belum maksimal di isi, sangat jauh berbeda di hari Jumat, yang kalau telat datang siap-siap berdiri tidak ada tempat duduk atau kalau tidak, harus salat di luar. Jumat banyak sekali orang yang mengerjakannya.

Tidak banyak jamaah magrib di bandingkan dengan banyaknya orang di apartemen. Pikiran baikku mengira mereka mengerjakan salat di rumah masing-masing. Proses dakwah masih panjang, di perlukan upaya terus menerus untuk proses penyadaran masyarakat. Semua harus bahu membahu untuk suksesnya dakwah ini.

Istanbul 20 Juli 2020

Penulis 
Muslem, S.Pt dengan nama pena Moes Subulussalam. Kelahiran Bireuen, tahun 1972, seorang da’i dan guru. Pendiri dan pengelola Sekolah Islam Terpadu Abqari Kota Subulussalam Aceh. baru menghasilkan 51 buku antologi bersama. Baru menghasilkan satu buku solo, novel Keajaiban Rindu Baitullah. Saat ini mengajar siswa SMA di sekolah internasional Ihram Cizade College Istanbul Turki. Ig moes_subulussalam.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here