
SHUSHA – Pertempuran separatis Armenia dan tentara Azerbaijan masih berlanjut hingga pekan kedua. Terbaru, serangan rudal Azerbaijan menghancurkan bangunan bersejarah di wilayah sengketa Nagorno-Karabakh.
Ketedral Ghazanchetsots (Juru Selamat Suci) mengalami kerusakan parah di bagian atap setelah dihantam rudal tentara Azerbaijan, Kamis (8/10/2020). Ketedral itu merupakan situs ikonik untuk jemaah Gereja Apostolik Armenia.
Puing-puing dari bagian langit yang hancur berserakan di lantai, kursi-kursi berantakan, sedangkan bagian dinding batu berlubang terkena efek ledakan.
“Musuh Azerbaijan menghancurkan simbol Susha–Katedral Ghazanchetsots,” kata juru bicara Kementerian pertahanan Armenia, Artsun Hovhannisyan dikutip dari AFP, Jumat (9/10/2020).
Seorang warga yang tinggal di sekitar ketedral mengutuk tentara Azerbaijan atas serangan tersebut. Dia menyebut serangan itu merupakan upaya provokasi dan menciptakan teror bagi warga sipil.
“Tidak ada militer, tidak ada yang strategis di sini, bagaimana Anda bisa menargetkan gereja?,” kata Simeon.
“Itu adalah katedral yang sangat penting bagi orang Armenia. Tuhan akan menjadi hakimnya,” lanjutnya.
Katedral Ghazanchetsots yang dibangun antara tahun 1868 dan 1887 merupakan bangunan ikonik penting bagi orang-orang Armenia. Katedral itu adalah rumah bagi Keuskupan Karabakh.
Selama perang Armenia-Azerbaijan pada tahun 1990-an, katedral itu pernah mengalami kerusakan dan tempat menyimpan rudal Grad oleh pasukan Azerbaijan.
Sedangkan Susha adalah wilayah pertahanan strategis yang menghadap langsung ke ibu kota Nagorno-Karabakh, Stepanakert. Tentara Azerbaijan pada perang di musim dingin 1992 mengirimkan serangan ke Stepanakert dari Shusa yang menewaskan ribuan orang.
Setelah pasukan separatis Armenia menguasai Shusha dan seluruh wilayah Nagorno-Karabakh, katedral dipulihkan dan dikembalikan fungsinya sebagai situs peribadatan bagi pengunjung dari Armenia dan diaspora Armenia.
Pertempuran separatis Armania dan Azerbaijan terkini sudah berlangsung hampir dua pekan dan menewaskan lebih dari 400 orang baik tentara maupun warga sipil.
Zona perang semakin melebar bukan hanya di ibu kota Nagorno-Karabakh, Stepanakert, tetapi juga merembet ke kota-kota penting di Armenia dan Azerbaijan.( iNews.id)