Aceh Besar – Ketua Fraksi Partai Aceh (PA) Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Besar Juanda Jamal, ST mengisi kegiatan pada hari ketiga Dinul Islam Ramadhan 1442 H yang dilaksanakan oleh MAN 1 Aceh Besar (21/4/2021).
Kegiatan Ramadhan yang berlangsung sejak 19 April sampai dengan 6 Mei 2021 ini menghadirkan beberapa narasumber termasuk dari Kemenag, DPRK, BNN, Balai Diklat Keagamaan (BDK) Aceh dan juga dari Dinas Syariat Islam.
Mantan aktivis tersebut di depan ratusan siswa(i) MAN 1 Aceh Besar menyampaikan materi “Membangun Peradaban Islam”. Adapun moderator adalah Buni Amin,M.Pd.I
Juanda dalam paparannya menyampaikan beberapa motivasi untuk membangun masa depan Aceh yang tidak dapat lepas dari peradaban Islam.
“Pemuda adalah modal dalam membangun masa depan, jadi mengembalikan peradaban Aceh yang Islam sangat ditentukan oleh persiapan kita dalam memastikan generasi muda hari ini mendapatkan pendidikan. Karena, melalui pendidikan dapat mengokohkan generasi yang berilmu,” ujarnya.
Selanjutnya, langkah kebudyaan ini dapat membangun struktur budaya Aceh yang memiliki karakter sosial petarung dalam membangun masa depannya. Perubahan budaya maka mengubah politik dan ekonomi Aceh,” tutur Juanda.
Juanda juga menegaskan,politik hari ini tidak mencerminkan perilaku politik orang Aceh karena perilaku politik kita adalah kolektif bukan personal interest.
Lebih lanjut Juanda juga berpesan kepada siswa (i) MAN 1 Aceh Besar bahwa masa depan Aceh ada ditangan pemuda Aceh sekarang. Hari ini, tahun 2021, kalian berusia 17 tahun, namun 2041 kalian berusia 37 tahun, ditangan kalian Aceh masa depan menjadi baik dan buruk, namun kami wajib memastikan kalian menjadi generasi yang kuat, Aceh wajib mandiri dan makmur ditangan kalian.
Kita memiliki sejarah kejayaan diketahui bahwa Aceh pernah Berjaya dan menjadi salah satu kesultanan Islam yang gemilang di nusantara baik dalam bidang politik, ekonomi dan intelektual.
Bahkan pada abad ke-17, Aceh menjadi kekuatan politik dan ekonomi terkuat di bagian nusantara yang mampu membendung perkembangan kolonial mulai dari Portugis, Belanda dan Jepang, ini bukti orang Aceh petarung.
Dipenghujung acara penulis buku “Aceh Lhee Sagoe” tersebut mengingatkan semua peserta agar senantiasa menciptakan kesempatan melalui kesukarelawanan, persaudaraan dan silaturrahim. Jangan terjebak oleh uang ataupun materi karena hal itu membuat performance kita jadi rendah.
Beberapa buku Aceh Lhee Sagoe juga dihadiahkan oleh Juanda kepada perpustakaan MAN 1 Aceh Besar yang diterima langsung oleh kepala madrasah Arjuna, S.Pd, M.Pd dihadapan siswa (i) dan guru yang hadir.